KUTIPAN: DOKTER TANCA
"[...] kalau seorang dokter menyembuhkan seorang pembunuh agar dia kembali jadi pembunuh, sang dokter ikut punya pertanggungjawaban moril sebagai pembunuh [...].
Tapi seorang dokter tak punya kekuatan mencegah pasien pembunuh balik jadi pembunuh lagi, hanya karena ia telah sembuhkan. Dia tak punya wewenang legal untuk melakukannya. Padahal kalau dokter membunuh si pembunuh, jelas hanya seorang pembunuh yang terbunuh. Kalau ia tak membunuhnya, karena tak ada hak legal padanya, lebih seorang akan terbunuh. Para siswa tidak dianjurkan jadi dokter Tanca. Siapa tahu tentang dokter Tanca?
[...]
Itu juga patut diketahui, karena Tanca nyaris 700 tahun yang lalu adalah satu type dokter-pembunuh pasien semasa kekaisaran Majapahit. Konon pada suatu kali kaisar Kala Gamet Jayanegara jatuh gering. Ada yang mengatakan karena penyakit kulit, ada yang yang mengatakan kerena penyakit perut. Tanca membedahnya. Jangan dikira jaman dahulu belum ada bedah-membedah! Sejak jumlah manusia lebih dari seribu orang, sejak itu orang sudah mulai membedah. Kaisar dibedah. Dengan atau perintah orang lain, ia bunuh pasiennya sendiri untuk mengurangi kerusuhan-kerusuhan dalam negeri. Dari dulu selalu ada sejumlah dokter golongan Tanca. Dia bukan satu-satunya. Dunia kita sekarang memasuki babak modern. Setiap orang bertanggungjawab tidak atas segala-galanya seperti jaman Tanca. Tanggungjawab kita hanya pada sebidang kecil pekerjaan kita sendiri. "
-Ceramah pensiunan dokter Jawa pada siswa STOVIA-
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah, hal 189-190
Komentar
Posting Komentar