KUTIPAN: PENYAKIT EROPA
"Tanpa menerima surat-suratmu, tanpa melihat wajahmu, dari tempat jauh, hati seorang ibu sudah dapat meraba, Nak. Betapa banyak yang telah kau deritakan untuk menjadi apa yang kau kehendaki sendiri. Bahkan membagi penderitaan pun pada Bundamu ini kau enggan. Orang Eropa memang mau pikul sendiri dirinya sendiri. Apa itu perlu, sedang kau masih mempunyai seorang Bunda?"
...
"Kau sudah dijalari penyakit Eropa, Nak, penyakit untuk mendapatkan segala-galanya buat dirinya sendiri seperti ceritamu sendiri."
...
"Itu penyakit Eropa. Kan lebih baik kau belajar mengingat orang lain juga? Kau sudah kukatakan, belajar bersyukur, berterimakasih? Jangan, jangan bicara dulu. Dulu kau sendiri pernah bercerita, buat orang Eropa, berterimakasih adalah bunga bibir. Tak ada hati yang mengucapkan. Engkau telah jadi seperti itu, Nak. Yang pandai ingin lebih pandai yang kaya berusaha lebih kaya. Tak ada yang berterimakasih dalam hati. Hidup diburu-buru untuk menjadi yang lebih. Kan kau sendiri yang dulu bercerita pada Bunda? Mereka semua orang menderita: keinginan, cita-cita sendiri, jadi raksana rajadiraja. Masih ingat?"
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah, hal 83-84
...
"Kau sudah dijalari penyakit Eropa, Nak, penyakit untuk mendapatkan segala-galanya buat dirinya sendiri seperti ceritamu sendiri."
...
"Itu penyakit Eropa. Kan lebih baik kau belajar mengingat orang lain juga? Kau sudah kukatakan, belajar bersyukur, berterimakasih? Jangan, jangan bicara dulu. Dulu kau sendiri pernah bercerita, buat orang Eropa, berterimakasih adalah bunga bibir. Tak ada hati yang mengucapkan. Engkau telah jadi seperti itu, Nak. Yang pandai ingin lebih pandai yang kaya berusaha lebih kaya. Tak ada yang berterimakasih dalam hati. Hidup diburu-buru untuk menjadi yang lebih. Kan kau sendiri yang dulu bercerita pada Bunda? Mereka semua orang menderita: keinginan, cita-cita sendiri, jadi raksana rajadiraja. Masih ingat?"
Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah, hal 83-84
Komentar
Posting Komentar