RENUNGAN: KUMBAKARNA DAN WIBISANA

Baca lagi nasihat Kumbakarna dan Wibisana kepada Rahwana.
Poin persamaan: mereka berdua tahu bahwa Rahwana salah karena menculik Sinta. Perbuatan itu tidak baik dan memiliki konsekuensi kehancuran bagi Alengka.
Mereka sadar betul akibat dari apa perbuatan mereka. Membela yang salah dan siap menerima konsekuensinya berupa kekalahan dan kehancuran bagi Kumbakarna. Membela yang benar dan siap menerima konsekuensinya berupa retaknya hubungan persaudaraan, dianggap pengkhianat dandimusuhi bangsanya bagi Wibisana.
Poin perbedaan:
Kumbakarna terikat atas nama rasa persaudaraan. Rasa persaudaraan lebih tinggi maknanya dibandingkan dengan kebenaran. Walaupun tidak sesuai dengan hati nurani, Kumbakarna akhirnya membela Rahwana.
Wibisana melepaskan diri dari rasa persaudaraan itu. Kebenaran memiliki posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rasa persaudaraan. Katakanlah kebenaran walaupun itu pahit, baik Wibisana maupun Kumbakarna melakukan itu. Akan tetapi, Wibisana tetap berpegang teguh kepada hati nuraninya dan melawan tindakan Rahwana. Tidak sekedar di hati atau mulut saja, tapi dimanifestasikan dalam perbuatan dengan meninggalkan Alengka.
Penulis Ramayana ini cerdas. Menempatkan konflik batin antara membela rasa persaudaraan atau kebenaran. Kalo sekedar baca sih mudah, mungkin banyak di antara kita yang setuju dengan Wibisana. Tapi dalam praktik, sanggupkah kita menerima konsekuensi seperti Wibisana dengan meninggalkan saudara dan harta benda untuk membela kebenaran? Di posisi Kumbakarna pun belum tentu kita bisa konsekuen. Jangan-jangan kita hanya manis di mulut, tapi melarikan diri di saat genting. Tidak seperti Kumbakarna yang siap mati dan akhirnya mati karena dia konsekuen untuk membela kakaknya. Bodohkah Kumbakarna itu?
Mungkin Wibisana dan Kumbakarna berada di dua titik ekstrim yang berbeda. Di tengah-tengah kedua titik itu hiduplah mayoritas kita, mungkin saya sendiri berada di dalam kelompok itu. Mereka yang oportunis. Tapi salahkah menjadi oportunis itu? Bukannya justru mereka yang realistik dan bisa membaca keadaan? Mungkin memang tidak etis.

Komentar

Postingan Populer